BANGKA – Kasus dugaan penganiayaan terhadap dua wartawan oleh Jupri, warga Lingkungan Matras, Sungailiat, Kabupaten Bangka, bukan sekadar persoalan kekerasan biasa. Warga menilai insiden ini bisa menjadi pintu masuk untuk membongkar praktik bisnis timah ilegal yang selama ini diduga ikut menghidupi jaringan besar yang terkait dengan skandal korupsi timah di Bangka Belitung.
Seperti diberitakan di media, Erwin (55) dari suarakeadilan.com* dan Yogi (24) dari garudasakti.com menjadi korban kekerasan fisik saat menjalankan tugas jurnalistik pada Rabu malam (21/5/2025) di kediaman Jupri. Mereka hendak meliput aktivitas warga yang tengah melakukan transaksi jual beli pasir timah. Namun kehadiran mereka justru disambut dengan kekerasan. Erwin dipukul hingga jatuh, sementara Yogi mengalami luka di hidung dan ponselnya sampai rusak oleh pelaku.
Masyarakat di Sungailiat menyatakan, aktivitas jual beli timah ilegal di kediaman Jupri telah berlangsung lama dan selama ini tak tersentuh aparat. Fakta bahwa seorang pelaku bisnis ilegal berani melakukan kekerasan terhadap wartawan dinilai sebagai sinyal adanya “kekebalan hukum” dan perlindungan dari oknum tertentu.
“Kalau tidak ada yang melindungi, mana mungkin dia (Jupri) seberani itu? Ini harus dibuka terang-benderang. Kita minta polisi jangan hanya tangani soal pukul-memukul, tapi usut juga dari mana timah itu berasal, ke mana alurnya, dan siapa yang bermain di belakang,” ujar salah seorang tokoh masyarakat Bangka Belitung yang meminta agar identitasnya dirahasiakan.
Desakan ini menguat seiring dengan sorotan publik terhadap kasus megakorupsi tata niaga timah yang tengah berproses hukum. Kasus tersebut telah menyeret sejumlah pejabat dan pengusaha nasional, serta membuka fakta adanya rantai pasokan ilegal dari tingkat lokal hingga ke tingkat nasional.
Warga berharap kasus yang menimpa dua wartawan ini dapat menjadi momentum untuk membongkar praktik kotor yang menjadi akar persoalan di Bangka Belitung.
“Kalau aparat serius, kasus Jupri ini bisa jadi pintu awal untuk menarik benang merah ke atas. Jangan sampai kejadian kekerasan ini malah ditutup-tutupi. Kita sedang bicara soal kejahatan yang terorganisir,” tambah warga lainnya.
Hingga kini, Jupri masih diupayakan untuk dikonfirmasi. Sementara itu, pihak Satreskrim Polres Bangka belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait laporan kekerasan maupun aktivitas bisnis ilegal Jupri.
Masyarakat meminta agar penanganan kasus ini tidak berhenti pada permukaan, karena mereka percaya bahwa rantai korupsi timah nasional tak akan mungkin berjalan tanpa peran pelaku-pelaku kecil di daerah seperti Jupri.
(TIM)